Dan kulihat tatapan mata kosong itu, semua sibuk mencatat, terkadang-kadang mereka juga tidak menjawab. Beberapa kali ditanya, sedikit sekali yang mengangkat tangan, ataupun bercerita. Kelas-pun menjadi sebuah sesi ceramah pasif mengirim informasi yang penuh distorsi. Entah itu distorsi sosial media, distorsi tugas kuliah yang mendekat, bahkan distorsi makan apa setelah ini! Kalau saja kehadiran bukan menjadi suatu syarat kelulusan, maka saya yakin beberapa mahasiswa akan beralasan untuk melakukan hal yang lebih menarik dari hadir di kuliah. Celakanya kurikulum kita makin rumit, hal yang dipelajari makin padat, belum lagi serangkaian kemampuan AI mendorong gerakan DDA (Dikit Dikit AI). Lengkaplah sudah.
Bagi seorang dosen sebuah agenda yang melelahkan untuk menyiapkan media ajar yang menarik, apalagi jika dihadapkan pada banyaknya jumlah mata kuliah yang diajar dan mahasiswa yang bergabung di mata kuliah tersebut. Singkat kata ada dua teknik yang bisa dilakukan untuk ini.
Pragmatis
- Membuka kuliah dengan sebuah pertanyaan nyata untuk mendorong mahasiswa diskusi. Isunya sering tidak ada yang menjawab.
- Menyampaikan slide dengan selalu bertanya ada pertanyaan? diselingi pemutaran multimedia atau media raga. Kejadian yang menjawab sedikit dan yang bertanya tidak ada.
- Mengaplikasikan pengetahuan dalam keterampilan yakni beraktivitas langsung untuk keterampilan seperti praktik coding atau demo aplikasi.
- Memberikan kuis pemahaman bersama 3-5 pertanyaan
- Beri tugas mandiri
- Kesimpulan dan agenda minggu depan
Idealis
Kita ambil contoh, topik yang padat teori dan bisa menjadi kering jika hanya dipresentasikan adalah “Dasar-Dasar Arsitektur Cloud Computing”. Mari kita sulap menjadi sesi yang hidup dan relevan.
Contoh Agenda Perkuliahan Interaktif untuk Kelas TI
Mata Kuliah: Pengantar Teknologi Informasi / Arsitektur Komputasi Awan Topik Pertemuan: Memilih Arsitektur Cloud yang Tepat (IaaS, PaaS, SaaS & Public, Private, Hybrid) Durasi: 180 Menit Audiens: Mahasiswa semester awal-menengah yang baru mengenal konsep cloud.
Struktur Sesi Perkuliahan (180 Menit)
Sesi 1: Pemicu & Eksplorasi Awal (45 Menit)
- (0-15 Menit) Aktivitas Pemicu (The Hook): Skenario Mimpi Buruk CTO
- Aktivitas: Dosen menampilkan slide dengan skenario berikut: “Anda adalah CTO (Chief Technology Officer) dari sebuah startup e-commerce ‘LarisManis’. Minggu depan, Anda akan diliput secara eksklusif oleh seorang influencer teknologi ternama. Diperkirakan, traffic ke website Anda akan melonjak dari 1.000 pengunjung per jam menjadi 500.000 pengunjung per jam, hanya dalam waktu 15 menit. Seluruh infrastruktur server Anda saat ini berada di sebuah rak di ruang belakang kantor. Apa yang akan terjadi? Apa 3 kekhawatiran terbesar Anda? Diskusikan dengan teman sebelah Anda selama 5 menit.”
- Setelah diskusi singkat, beberapa mahasiswa diminta berbagi kekhawatiran mereka (misalnya: server down, website tidak bisa diakses, kehilangan potensi penjualan, reputasi hancur).
- Tujuan: Menghadirkan masalah nyata (skalabilitas, keandalan) yang solusinya adalah konsep inti pertemuan ini. Mahasiswa langsung “merasakan” masalahnya sebelum diberi tahu teorinya.
- (15-45 Menit) Konsep Inti & Diskusi Terarah: Dari Masalah ke Solusi
- Aktivitas (Ceramah Mikro): Dosen berkata, “Kekhawatiran Anda semua valid. Inilah masalah yang coba dipecahkan oleh Cloud Computing.”
- 10 Menit: Jelaskan perbedaan fundamental antara On-Premise (server di kantor) vs. Cloud. Fokus pada konsep kunci: Capital Expenditure (CapEx) vs. Operational Expenditure (OpEx), dan elastisitas.
- 15 Menit: Perkenalkan 3 model layanan utama (IaaS, PaaS, SaaS) menggunakan analogi yang mudah dipahami.
- IaaS (Infrastructure as a Service): “Anda menyewa lahan dan fondasi kosong. Anda bebas mau membangun rumah model apa pun di atasnya, tapi Anda yang harus membangun tembok, atap, dan mengisi perabot.” (Contoh: Menyewa Virtual Machine di AWS EC2, Google Compute Engine).
- PaaS (Platform as a Service): “Anda menyewa sebuah rumah kosong. Pondasi, tembok, atap, listrik, dan air sudah siap. Anda tinggal fokus menata perabotan dan dekorasi di dalamnya.” (Contoh: Google App Engine, Heroku).
- SaaS (Software as a Service): “Anda menginap di hotel. Semua sudah siap pakai. Anda tinggal masuk, tidur, dan menggunakan fasilitasnya.” (Contoh: Gmail, Dropbox, Canva).
- Tujuan: Memberikan landasan teori yang kuat dengan analogi yang membantu pemahaman, bukan sekadar definisi hafalan.
- Aktivitas (Ceramah Mikro): Dosen berkata, “Kekhawatiran Anda semua valid. Inilah masalah yang coba dipecahkan oleh Cloud Computing.”
Sesi 2: Studio Belajar Aktif (75 Menit)
- Aktivitas Utama: “Konsultan Arsitektur Cloud” (Problem-Based Learning)
- Aktivitas: Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (4-5 orang). Setiap kelompok akan berperan sebagai konsultan TI. Dosen menyajikan 3 studi kasus klien yang berbeda:
- Klien A (Startup Fintech ‘DanaCepat’): Butuh mengembangkan aplikasi dengan cepat, tim developer kecil, butuh skalabilitas tinggi, namun belum punya tim IT operations yang besar.
- Klien B (Bank Daerah ‘Bank Amanah’): Ingin memodernisasi sistem internal. Terikat regulasi OJK yang ketat tentang data nasabah, butuh keamanan tingkat tinggi, dan kontrol penuh atas infrastruktur.
- Klien C (Lembaga Kursus ‘PintarDigital’): Ingin menyediakan platform e-learning untuk ribuan siswa. Butuh solusi yang sudah jadi, mudah digunakan, dan tidak perlu pusing memikirkan server atau coding.
- Tugas Kelompok: Untuk klien yang mereka pilih, buatlah sebuah “Blueprint Rekomendasi” di satu lembar kertas besar atau slide yang berisi:
- Model Layanan Pilihan: IaaS, PaaS, atau SaaS? Jelaskan mengapa.
- Model Deployment Pilihan: Public, Private, atau Hybrid Cloud? Jelaskan mengapa.
- Identifikasi 3 Keuntungan Utama dari arsitektur yang Anda usulkan untuk klien tersebut.
- Identifikasi 1 Risiko Utama dan cara memitigasinya.
- Dosen berkeliling sebagai “klien senior” yang menantang keputusan kelompok: “Yakin pakai Public Cloud untuk bank? Bagaimana dengan regulasi?”, “Kenapa tidak pakai IaaS saja untuk startup agar lebih fleksibel?”.
- Tujuan: Mahasiswa tidak hanya tahu definisi IaaS/PaaS/SaaS, tetapi bisa menganalisis kebutuhan bisnis dan membuat keputusan teknis yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Aktivitas: Mahasiswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (4-5 orang). Setiap kelompok akan berperan sebagai konsultan TI. Dosen menyajikan 3 studi kasus klien yang berbeda:
Sesi 3: Sintesis & Refleksi (45 Menit)
- (0-25 Menit) Galeri Wawasan & Presentasi Singkat
- Aktivitas: Setiap kelompok menempelkan “Blueprint Rekomendasi” mereka di dinding.
- Satu orang dari setiap kelompok berdiri di dekat posternya (sebagai penjaga stand). Anggota kelompok lainnya berkeliling untuk melihat solusi dari kelompok lain.
- Setelah 15 menit berkeliling, perwakilan dari 3 kelompok (yang mengerjakan 3 kasus berbeda) diminta melakukan presentasi kilat (3 menit per kelompok) tentang keputusan mereka.
- Tujuan: Mahasiswa belajar bahwa tidak ada satu solusi yang cocok untuk semua. Arsitektur untuk bank akan sangat berbeda dari arsitektur untuk startup, dan mereka bisa melihat alasannya secara langsung.
- (25-40 Menit) Debrief & Diskusi Kelas: “Tidak Ada Peluru Perak”
- Aktivitas: Dosen memimpin diskusi untuk menarik kesimpulan besar.
- “Dari presentasi tadi, apa benang merahnya? Kita lihat bahwa Bank Amanah cenderung ke arah Private/Hybrid Cloud karena keamanan dan regulasi. Startup DanaCepat ke arah PaaS di Public Cloud karena kecepatan dan skalabilitas. Lembaga Kursus PintarDigital langsung memilih SaaS karena kemudahan dan fokus pada bisnis inti.”
- Kesimpulan utama yang ditekankan: “Dalam dunia arsitektur TI, tidak ada ‘silver bullet’ atau satu solusi untuk semua masalah. Pilihan teknologi harus selalu didasari oleh konteks dan kebutuhan bisnis.”
- Tujuan: Mengangkat level diskusi dari sekadar teknis menjadi strategis.
- (40-45 Menit) Tiket Keluar (Exit Ticket)
- Aktivitas: Minta mahasiswa menjawab di gawainya:
- “Kembali ke skenario CTO di awal sesi, arsitektur cloud (layanan & deployment) apa yang akan Anda usulkan sekarang untuk ‘LarisManis’? Beri satu alasan utama.”
- “Dari konsep IaaS, PaaS, dan SaaS, mana yang menurut Anda paling sulit untuk dijelaskan kepada orang non-TI? Mengapa?”
- Tujuan: Menutup lingkaran pembelajaran dari awal sesi dan memberikan umpan balik berharga tentang bagian mana dari materi yang masih abstrak bagi mahasiswa.
- Aktivitas: Minta mahasiswa menjawab di gawainya:
Perangkat Bantu
- PowerPoint atau Canva untuk membuat presentasi
- Microsoft Teams untuk diskusi interaktif
- Quizizz atau Kahoot untuk penerapan kuis dan jajak pendapat
- Software dan media ajar lain termasuk video Youtube.
Pada akhirnya saya menyerah dengan gaya pragmatis, rasanya hidup ini sudah terlalu lelah dengan rapat yang tak kunjung berakhir, tugas yang silih-berganti, dan idealisme kita yang meluntur dengan sentuhan AI yang lebih memanjakan. Selamat datang mata-mata kosong di kampus tercinta. Maafkan dosen kalian.