Manusia belajar dari sejarah, AI belajar dari dataset. Ketika manusia memiliki pengetahuan maka AI juga memiliki pengetahuan. AI dan Manusia sama-sama memiliki empati, AI dan manusia sama-sama memiliki pengetahuan. Jadi apa bedanya manusia dan AI. Mari kita merenung dan melihat apa yang terjadi pada kita karena ada AI.
- dahulu kita membaca buku, kemudian mencari hasil pencarian web, sekarang kita bertanya pada AI
- dahulu kita bertanya pada guru kita, kemudian bertanya pada search engine, sekarang kita bertanya pada AI
- dahulu kita percaya pada manusia, kemudian kita percaya pada kelompok, dan sekarang kita lebih nyaman berteman dengan AI
AI mengubah persepsi kita terhadap apa itu kehebatan intelegensia, kemudian memenuhi hasrat kita pada sosok afektif yang sempurna. Ini seperti layar televisi yang memberikan persepsi kebahagiaan adalah mobil mewah dan juga teman yang banyak. Pergeseran teknologi menggeser bagaimana kebahagiaan adalah sejumlah like, followers, dan seberapa orang yang mengagumi Anda. Mengagumi sosok sempurna grup band Korea yang tidak perlu membela kebenaran seperti Power Rangers di masa kecil kita.
Semakin yakin bahwa semua yang kita alami adalah sebuah persepsi maka semakin kita tidak meyakini apa yang sekarang kita lihat, kita dengar dan rasakan. Ini seperti kesurupan model tingkat tinggi yang digubah oleh teknologi. Seperti para generasi Z yang berjoget di layar kecil dan mempublikasikannya ke platform media sosial. Dan lagi-lagi persepsi seseorang tentang seseorang itu berdasar media sosial yang ditontonnya. Padahal kita tahu menghadirkan persepsi baik itu seperti memakai topeng yang tepat.
jika kita hendak melihat indahnya dunia maka lihatlah Instagram, jika kita hendak melihat kejamnya dunia maka lihatlah twitter, jika kita hendak melihat apa kata orang tua lihatlah Facebook, dan jika kita ingin melihat kesempurnaan manusia berdendang dan berjoget maka lihatlah TikTok. Tapi yang Anda lihat adalah persepsi Anda, beberapa orang terobsesi dengan apa kata teman yang mem-bully Anda hingga tidak mau makan karena dibilang gendut, beberapa orang terbawa emosi di Twitter, sebuah bahan bakar berbasis persepsi
Jadi kalau Anda mengatakan AI akan mengalahkan manusia, maka itu persepsi karena bisa saja AI tidak ingin mengalahkan Anda atau menggantikan Anda. Ini seperti Anda melihat separuh video yang menunjukkan pertentangan padahal di kelanjutannya adalah kebahagiaan atau pada saat melihat status yang menunjukkan kedamaian padahal itu hanya bingkai kepalsuan untuk menunjukkan persepsi semu.
jadi mari kita tutup dengan cuplikan lirik dari grup Limp Bizkit, grup rock dimasa saya millennial
All the tension in the world today
When the good comes to bad, the bad comes to good
Now all the critics wanna hit it
But I’ll stay fitted, new era committed
But do we always gotta cry?
Do we always gotta live inside a lie?
Life’s just a blast that’s movin’ really fast